REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor pariwisata memiliki andil yang besar dalam mendukung laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Secara kumulatif (Januari–November)2017, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 12,68 juta kunjungan. Angka tersebut naik 21,84 persen dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun sebelumnya yang berjumlah 10,41 juta kunjungan.
Kontribusi pariwisata bagi PDB Nasional tahun ini mencapai 5,25 persen dan tahun depan diproyeksikan sebesar 5,50 persen. Sedangkan devisa bagi negara tahun ini ditargetkan sebesar 223 triliun dan tahun depan sebesar Rp 280 triliun. Meningkatnya jumlah kunjungan wisman dan kontribusi bagi PDB nasional tersebut tidak terlepas dari peran sumber daya alam dan sumber daya manusia (SDM) sebagai penunjang dalam perkembangan pariwisata di Indonesia.
Sumber daya alam tersebut dijadikan obyek sekaligus produk bagi industri pariwisata. Berbagai lokasi wisata dengan beragam budaya yang melekat dapat ditemukan di sepanjang wilayah Bumi Pertiwi kian menarik perhatian pengunjung, baik wisatawan lokal maupun asing. Hal inilah yang menjadi kekuatan bagi pengembangan pariwisata di Indonesia hingga saat ini.
"Kami ingin mengembangkan pariwisata dengan melakukan kajian-kajian yang dapat memberikan masukan positif bagi perkembangan pariwisata dalam bentuk pertemuan ilmiah seperti penyelenggaraan seminar nasional ini," kata Komang Mahawira, Kepala Bidang Pemasaran Area I (India) Regional 3 Deputi Bidang Pemasaran Pariwisata II Kementrian Pariwisata Republik Indonesia, Rabu ( 21/11).
Jumlah tenaga pekerja tahun ini yang terserap di sektor wisata tahun lalu sebanyak 12 juta jiwa. Tahun ini sebesar 12,6 juta orang. Tahun depan sebesar 13 juta orang. Hal itu tidak terlepas dari tren pertumbuhan wisata di Indonesia sebesar 22 persen, dibawah Vietnam yang menduduki posisi pertama di ASEAN sebesar 25,2 persen.
Menurut Komang dalam keterangan tertulisnya yang disampaikan dalam diskusi ilmiah pariwisata yang diselenggarakan STIE Pariwisata Internasional (STEIN), Akademi Pariwisata Indonesia (AKPINDO) dan Sekolah Tinggi Pariwisata Bogor tersebut, tugas Perguruan Tinggi yang terpenting adalah adanya keterpaduan dengan industri (link and match).
Sehingga perguruan tinggi bisa menyiapkan SDM yang dibutuhkan industri. "kami menyambut bagi dikusi ilmiah seperti ini," katanya. Untuk memacu industri pariwisata juga dibutuhkan sinergi yang melibatkan kalangan pe bisnis, government, community dan media. Karena sejumlah masalah serius masih mengganjal bisnis pariwisata nasional.
Baik terkait destinasi, pemasaran, hingga kelembagaan. Seperti bencana alam, infrastruktur yang belum mendukung, kesiapan masyarakat lokal maupun dinas setempat dalam mengelola aset wisata dan kemudahan investasi. 'Jadi semua pihak harus saling mendukung," katanya.
Terkait dengan pemasaran adalah belum adanya acuan riset pasar yang komprehensif, strategi komunikasi pemasaran yang belum terpadu, kemitraan yang belum optimal, koordinasi lintas sektoral yang belum efektif serta pengembangan SDM wisata termasuk perguruan tinggi pariwisata yang terbatas.
Karena itu kementerian pariwisata memiliki 10 program prioritas untuk mengatasi masalah tersebut. Diantaranya pengembangan SDM wisata dan gerakan sadar wisata, peningkatan investasi, pengembangan digital tourism dan milenial tourism mengingat para wisatawan umumnya adalah kalangan milenial, serta transportasi udara yang saling terhubung.
https://ift.tt/2AaB2WJ
November 21, 2018 at 07:56PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2AaB2WJ
via IFTTT
No comments:
Post a Comment