Pages

Monday, February 25, 2019

Latar Terjadinya Perang Bosnia (4)

Kira-kira 7.000 warga sipil Muslim Bosnia, termasuk anak-anak, meregang nyawa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak diduga sebelumnya bahwa genosida yang paling mengerikan di Eropa pasca-Perang Dunia II terjadi di Bosnia-Herzegovina. Lokasi persisnya adalah Sebrenica, sebuah kota di dekat perbatasan Serbia.

Berdasarkan sensus tahun 1990, sekitar 75 persen penduduk Srebrenica merupakan umat Islam. Setidaknya sejak 1993, PBB telah memasukkan Srebrenica sebagai zona aman bagi para pengungsi. Mereka dilindungi sekitar 600 personil (sumber lain menyebut: 420 personil) pasukan penjaga perdamaian PBB berkewarganegaraan Belanda.

Pada 6 Juli 1995, Jenderal Ratko Mladic menginstruksikan tentaranya untuk menembaki zona aman Srebrenica. Tujuannya untuk mengusir para pengungsi Bosnia agar keluar dari kota itu. Mladic juga secara sengaja menghalangi akses masuk bagi bantuan kemanusiaan internasional. Seperti tidak takut apa pun, tentara Serbia juga menculik 30 orang pasukan penjaga perdamaian PBB.

Empat hari kemudian, markas perwakilan PBB di Sarajevo mengirim sejumlah pesawat tempur ke atas langit Srebrenica. Tujuannya untuk mengintimidasi pergerakan tentara Serbia. Sementara itu, ribuan pengungsi yang kelaparan berduyun-duyun keluar dari Srebrenica.

Bagaimanapun, Mladic tetap mengepung Srebrenica. Sementara, pasukan penjaga perdamaian PBB terus menggertaknya dengan ancaman serangan udara.

Pada pagi hari, 11 Juli 1995, tidak kurang dari 30 ribu pengungsi Bosnia dari Srebrenica telah tiba di basis pasukan Belanda (PBB), Potocari. Namun, serangan yang dilancarkan tentara Serbia di Srebrenica tidak juga surut.

Parahnya, tidak ada perlawanan sama sekali terhadapnya karena pesawat tempur F-16 milik Belanda (NATO) dua kali menunda serangan dengan alasan teknis. Pada akhirnya, beberapa unit F-16 menjatuhkan serangan. Namun, tentara Serbia sudah mendominasi Srebrenica.

Mereka bahkan mengancam akan membunuh semua pasukan penjaga perdamaian PBB sekaligus para pengungsi di Srebrenica bila gempuran F-16 tidak mau berhenti. Atas pertimbangan keselamatan, NATO pun menghentikan serangan udara.

Pada 12 Juli 1995, tentara Serbia mulai memilah para pria yang berusia lebih dari 12 tahun. Sementara itu, anak-anak dan perempuan serta orang tua digiring ke dalam puluhan bus untuk kemudian diangkut ke Tuzla, sekitar 55 km dari Srebrenica.

Kelompok Muslim dewasa yang tersisa, tanpa senjata sama sekali, lantas digiring ke sebuah stadion sepak bola. Keesokan harinya, mereka mulai dibantai tanpa ampun. Data yang dikutip Schuman (2004) menyebutkan, kira-kira 7.000 warga sipil (data The Guardian menyebut: lebih dari 8.000 orang) Muslim Bosnia, termasuk anak-anak, meregang nyawa akibat tindakan keji militer Serbia di Srebrenica.

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2Te6izS
February 25, 2019 at 09:20PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2Te6izS
via IFTTT

No comments:

Post a Comment