REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti memperkirakan luas Grand Bazaar atau Kapalicarsi tersebut telah bertambah tiga kali lipat dari ukuran aslinya pada akhir pemerintahan Sultan Mehmed II. Kedua bedesten tersebut disebut dengan nama Bedesten Lama dan Bedestan Sandal.
Bedesten Lama, atau yang disebut sebagai Cevahir Bedesteni(bedesten perhiasan) memiliki beberapa nama, seperti Bedesten Dalam atau Bedesten Besar. Bedesten Lama terletak di pusat pasar tertutup Kapalicarsi dan membentang dari timur ke barat.
Bedesten ini terdiri dari 44 sel batu (mahzen) di sekeliling persegi panjang berukuran 29,4 x 45,3 meter dan terdiri dari 15 kubah kecil yang dibangun di tiga lajur. Delapan pilar yang menyangga atap tersebut dihiasi oleh kopula-kopula kecil untuk eksteriornya.
Sebanyak 56 toko berdiri mengelilingi Bedesten Lama ini. Mayoritas jalanan pasar tertutup ini selaras dengan dinding bedesten. Jalanan tersebut berasal dari pintu gerbang pasar yang membentang dari utara ke selatan dan timur ke barat. Selain mengandalkan lampu, cahaya juga masuk ke dalam pasar dari jendela yang berada di dinding penyangga bedesten.
Bedesten Lama berfungsi sebagai tempat penjualan perhiasan dan perdagangan budak. Namun, sejak perdagangan budak dilarang sejak 1847, tempat ini murni menjadi tempat penjualan perhiasan. Selain itu, bedesten ini juga digunakan oleh seluruh pasar sebagai tempat penyimpanan uang dan barang-barang berharga. Ruangan di dalamnya kini banyak berdiri tenda-tenda kayu untuk berdagang.
Bedesten kedua disebut sebagai Bedesten Sandal atau Bedesten Kecil atau Bedesten Baru karena dibuat setelah Bedesten Lama. Bedesten ini terletak di sebelah tenggara Bedesten Lama. Tepatnya di seberang Masjid Nurousmaniye. Bedesten ini berukuran lebih kecil, yaitu 38,8 x 32 meter dan ditutup dengan dua puluh kubah kecil yang disangga dengan 12 pilar.
Bedesten ini dikelilingi oleh bangunan tidak teratur. Disebut Bedesten Sandal karena di dalamnya banyak dijual pakaian yang terbuat dari bahan ‘sandal’. Baik Bedesten Lama maupun Baru dindingnya terbuat dari batu, kubah terbuat dari bata, dan pilarnya terbuat dari batu. Pintu besinya yang berat diperkuat dengan paku.
Untuk masuk ke dalam pasar tertutup ini, terdapat empat pintu gerbang yang terletak di ujung dua jalan utama pasar, yaitu jalan utara-selatan Yagliklar (pembuat minyak lampu) dan jalan timur-barat Kalpakcilar (pembuat topi bulu), yang berpotongan di dekat sudut tenggara pasar.
Jalan Kalpakcilar terhubung ke Masjid Bayezid dan Bayezid Square di bagian barat dengan Masjid Nuruosmaniye di bagian timur. Gerbang di lokasi-lokasi ini ditambahkan selama renovasi pada 1894 dan dihiasi dengan monogram Sultan Abdul Hamid II.
Gerbang tersebut ditutup setelah seluruh aktivitas jualbeli selesai dan para penjaga mengawasi seluruh daerah pada malam hari. Selain dua jalan utama, Kapalicarsi juga memiliki jalan-jalan kecil lain yang dinamakan sesuai dengan barang yang dijual di toko-tokonya, seperti Aynacilar (penjual cermin) dan Kuyumcular (perhiasan).
Baca: Titah Sang Sultan dan Lahirnya Kapalicarsi
Meskipun struktur asli pasar ini dipertahankan, karakteristik bangunan aslinya sudah menghilang. Fungsi dan administrasi pasar telah berubah sejak awal abad ke-19. Perubahan dalam industri dan ekonomi Turki serta perubahan demografi Kota Istanbul secara efektif telah mengubah kerajinan tradisional yang dijual menjadi tokotoko modern dengan gaya barat, toko-toko cenderamata untuk para wisata yang menghiasi sebagian besar pasar pada saat ini.
Dulu toko-toko di pasar tersebut hanyalah sebuah tenda-tenda yang dipisahkan oleh kayu tipis yang hanya ditutup dengan kain pada malam hari. Namun, kini hampir semua toko secara permanen menggunakan lemari pamer yang terbuat dari kaca.
http://bit.ly/2BrXbRO
February 08, 2019 at 04:46PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2BrXbRO
via IFTTT
No comments:
Post a Comment