REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud memastikan, total beras yang rusak di gudang Perum Bulog tidak mencapai 10 ton. Komoditas tersebut akan didisposal sesuai dengan ketentuan yang telah diatur pemerintah.
Menurut Musdhalifah, disposal yang dimaksud bukan berarti dibuang begitu saja atau langsung menjadi bahan pakan ternak. Beras tersebut akan diproses ulang, sehingga menjadi komoditas bagus dan berkualitas lagi. "Kita lihat dulu, kalau masih bisa diproses ya akan diproses," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (5/3) malam.
Musdhalifah menambahkan, pemberitaan yang selama ini menyebutkan bahwa 1,6 juta ton beras di perum Bulog akan didisposal tidaklah benar. Sebab, total tersebut merupakan stok beras Bulog yang sampai dengan saat ini masih bisa dikonsumsi masyarakat. Baik itu melalui bantuan beras sejahtera (rastra), operasi pasar dan penjualan komersial Bulog.
Musdhalifah menambahkan, Bulog dapat saja memasuki segmen komersial mengingat berkurangnya penyaluran beras karena peralihan dari program rastra menjadi bantuan pangan nontunai (BPNT). Tapi, mereka baru bisa menjual setelah memastikan bahwa stok cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang sudah terpenuhi. "Jadi, bukan CBP yang jadi komersial, tapi beras Bulog," tuturnya.
Pada tahun ini, Bulog ditargetkan mampu menyerap beras petani hingga 1,8 juta ton. Pada tahun ini, per Mei, 100 persen rumah tangga sasaran program rastra akan beralih ke BPNT. Sementara itu, dari Januari sampai April, pagu bansos rastra berkisar 213.520 ton untuk 5,3 juta kelompok penerima manfaat (KPM).
Artinya, outlet penyaluran beras dari gudang Bulog hanya sekitar 200 ribu ton. Pengamat pertanian Khudori memprediksi, sampai akhir tahun, beras yang keluar dari gudang Bulog hanya sekitar 1 juta ton. "Itu sudah termasuk operasi pasar," katanya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution meyakini, Bulog dapat menjual berasnya secara komersial dan diterima di pasar. Sebab, beras yang ada di gudang Bulog memiliki kualitas baik. Bahkan, melebihi kualitas beras Bulog melebihi beras premium yang biasa dijual di pasaran.
Jadi, Darmin menjelaskan, stok beras yang ada di Bulog tidak akan menjadi masalah. Justru yang harus dipusingkan adalah ketika Bulog tidak memiliki stok beras di gudang. Sebab, berpotensi mengganggu ketersediaan beras dan menyebabkan fluktuasi harga ketika musim paceklik tiba.
Darmin juga menyebutkan, outlet penyaluran berupa operasi pasar masih terbuka lebar. Saat ini, intensitas hujan yang tinggi berpotensi menyebabkan hasil panen beras di beberapa daerah gagal. "Jadi, kita harus punya stok. Kalau nggak ada, nanti kenapa-kenapa, ya susah," ucapnya.
https://ift.tt/2Tzm6xg
March 06, 2019 at 03:49PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2Tzm6xg
via IFTTT
No comments:
Post a Comment