REPUBLIKA.CO.ID, BELITUNG – Kawasan wisata Desa Sijuk Heritage di Tanjung Kelayang, Belitung, menjadi model pengembangan desa wisata yang memiliki daya tarik wisata multikultural berbasis Penta Helix. Sijuk Heritage merupakan salah satu desa yang masuk dalam program revitalisasi yang ditetapkan langsung oleh presiden sebagai satu dari 10 destinasi wisata prioritas.
Penta Helix, merupakan pelibatan kekuatan unsur kalangan akademisi, pebisnis, komunitas, pemerintah, dan media dalam menyusun konsep destinasi wisata.
“Awalnya, kami melakukan penelitian. Lalu ditingkatkan menjadi program penelitian dan pengabdian masyarakat bekerja sama dengan Kemenpar dan Pemda Belitung serta didukung industri dan media sebagai kekuatan penta helix pariwisata,” kata Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Andrianus LG Waworuntu dalam siaran pers diterima Republika.co.id, Senin (25/2).
Andrianus menilai, revitalisasi Sijuk Heritage menjadi amat dalam mendukung program pengembangan destinasi pariwisata prioritas Tanjung Kelayang, Belitung. Sebab, kata dia, Desa Sijuk memiliki daya tarik untuk pariwisata budaya.
Menurut dia, dari program revitalisasi tersebut yang terpenting yakni permberdayaan dan keterlibatan masyarakat setempat dalam menyongsong pariwisata. Karena itu, sekitar lima persen dari yang terdapat di Sijuk Heritage merupakan buatan tangan manusia. Sisanya, merupakan unsur alam.
Sementara itu, Bupati Belitung Saani Saleh mengatakan, berdirinya kawasan Sijuk Heritage menjadi harapan dari masyarakat Belitung. Sebab, sektor pariwisata dapat menjadi sektor pendapatan yang baru.
"Selama ini masyarakat Belitung terlena dengan tambang timah dan sumber daya alam lainnya. Ini menjadi awal bangkitnya kesadaran masyarakat Belitung terhadap pariwisata dan industri kreatif,” Kata Saani.
Ia pun mengapresiasi kegiatan revitalisasi Desa Sijuk Heritage yang oleh Kementerian Pariwisata bersama Tim Penelitian dan Pengabdian Masyarakat FIB UI serta dukungan dari para pemangku kepentingan.
Menurutnya, dari sisi sejarah, Desa Sijuk telah lama dikenal masyarakat mancanegara. Dalam catatan sejarah, pelayaran Laksamana Cheng Ho dari Cina, pernah singgah di pelabuhan muara sungai Sejuk. Laksama yang beragama Islam itu akhirnya membangun Kelenteng dan Masjid tua di Sijuk.
Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Multikultural, Esthy Reko Astuti, mengatakan sebanyak 60 bangunan heritage (rumah Melayu) di Desa Sijuk akan direvitalisasi. Tahun lalu, pemerintah telah merevitalisasi lima rumah khas Melayu sebagai pemicu.
Pembangunan tahun ini, kata Esthy, akan melibatkan peran komunitas masyarakat setempat serta produsen cat nasional lewat program corporate social responsibility.
Direktur PT Propan Raya, Yuwono Imanto, mengatakan, pihaknya sebagai produsen cat nasional mendukung revitasliasi Sijuk Heritage. Menurutnya, kawasan itu juga akan dimasukkan ke dalam jaringan Indonesia Creative Cities Network yang kini telah memiliki 150 anggota baik di tingkat kota, kabupaten, dan desa.
Untuk diketahui, kunjungan wisatawan ke Belitung pada 2017 tercatat sebanyak 379.274 wisatawan. Jumlah tersebut terdiri atas 9.358 wisatawan mancanegara dan 369.916 wisaatawan nusantara. Wisman yang berkunjung ke Belitung berasal dari lima negara pasar utama meliputi Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Cina, dan Jepang. Selain itu dari Australia, India, Amerika Serikat, dan Jerman.
Sementara itu untuk meningkatkan kunjungan wisman, Belitung telah menggelar event pariwisata unggulan antara lain Festival Tanjung Kelayang 2018, Pesta Nelayan di Desa Padang Kandis, serta Wisata Pantai Tanjung Pendam, dan Patung Dewi Kwam Im di Vihara Tertua di Belitung.
https://ift.tt/2TkIf20
February 26, 2019 at 03:38PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2TkIf20
via IFTTT
No comments:
Post a Comment