REPUBLIKA.CO.ID, PORT MORESBY -- Amerika Serikat (AS) tidak akan mundur dari perselisihan dagangnya dengan Cina, dan bahkan mungkin akan melipatgandakan tarif dagangnya, kecuali Cina tunduk pada tuntutan AS. Wakil Presiden AS Mike Pence dalam KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Papua Nugini, melemparkan tantangan ke Cina terkait isu perdagangan dan keamanan.
"Kami telah mengambil tindakan tegas untuk mengatasi ketidakseimbangan kami dengan Cina. Kami mengenakan tarif 250 miliar dolar AS untuk barang-barang Cina, dan kami bisa menambahnya dua kali lipat dari jumlah itu," kata Pence, Sabtu (17/11).
"Amerika Serikat, bagaimanapun, tidak akan mengubah arah sampai Cina mengubah cara kerjanya," kata dia.
Peringatan keras ini mungkin akan menjadi berita yang tidak diinginkan bagi pasar keuangan yang berharap perselisihan Cina-AS dapat segera mencair. Kedua negara diharapkan dapat mencapai kesepakatan pada pertemuan G20 akhir bulan ini di Argentina.
Presiden AS Donald Trump, yang tidak menghadiri pertemuan APEC, akan bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping di Argentina. Peringatan Pence itu bertolak belakang dengan pernyataan yang dibuat oleh Trump pada Jumat (16/11). Trump mengatakan dia mungkin tidak akan memberlakukan tarif lebih setelah Cina mengirim daftar langkah-langkah yang akan diambil untuk mengatasi perselisihan perdagangan.
Trump telah memberlakukan tarif impor senilai 250 miliar dolar AS untuk memaksa konsesi pada daftar tuntutan yang akan mengubah syarat perdagangan antara kedua negara. Cina menanggapinya dengan membalas menaikkan tarif impor barang AS.
Washington menuntut Beijing meningkatkan akses pasar dan memberi perlindungan hak milik intelektual untuk perusahaan AS. AS juga ingin memotong subsidi industri dan memangkas selisih perdagangan sebesar 375 miliar dolar AS.
"Cina telah mengambil keuntungan dari Amerika Serikat selama bertahun-tahun. Hari-hari itu sudah berakhir," kata Pence.
Dia juga membidik ambisi teritorial Cina di Pasifik dan, khususnya, proyek Belt and Road Initiative untuk memperluas hubungan darat dan laut antara Asia, Afrika, dan Eropa. Proyek itu akan memakan danah miliaran dolar dalam investasi infrastruktur.
"Kami tidak menawarkan sabuk pengikat atau jalan satu arah," ujar Pence. Meskipun tidak merujuk langsung ke Cina atas klaimnya di perairan yang disengketakan di kawasan itu, Pence mengatakan AS akan berupaya untuk membantu melindungi hak-hak maritim.
"Kami akan terus terbang dan berlayar ke mana pun hukum internasional mengizinkan dan sesua8 kepentingan kami. Pelecehan hanya akan memperkuat tekad kami," ungkapnya.
Beberapa menit sebelumnya, Xi telah berbicara panjang lebar tentang inisiatifnya dan perlunya perdagangan bebas di seluruh wilayah. "Ini bukan klub eksklusif yang tertutup bagi non-anggota, juga bukan jebakan karena beberapa orang telah melabelinya," kata Xi tentang proyek gagasannya.
Dia juga menyebut proteksionisme sebagai pendekatan picik yang akan ditakdirkan gagal. "Sejarah telah menunjukkan bahwa konfrontasi, apakah dalam bentuk Perang Dingin, perang panas, atau perang dagang tidak akan menghasilkan pemenang," kata Xi.
https://ift.tt/2Pz775j
November 17, 2018 at 04:09PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2Pz775j
via IFTTT
No comments:
Post a Comment