REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada Oktober 2011 menjadi titik awal di mana Finlandia mulai memperkenalkan buku teks pendidikan Islam dalam sistem sekolah umum di sana. Buku berjudul Salam Islamin Polku (bahasa Finlandia yang berarti "salam-jalan Islam") itu diperuntukkan bagi siswa kelas satu dan dua sekolah dasar.
Buku tersebut mengajak siswa belajar dengan meneladani dua karakter yang dibuat mewakili anak Muslim Finlandia, Fatima dan Adam. Di dalamnya, keduanya belajar tentang kalender Islam, kebiasaan dan perilaku Muslim, juga agama-agama non-Islam dan pentingnya toleransi terhadap pemeluk agama lain. Ia juga berisi kisah pengalaman Fatima dan Adam saat mengunjungi hutan dan ladang nenek atau saat mereka memanggang roti gandum.
Di sekolah-sekolah Finlandia, para siswa harus mengikuti pelajaran agama, sedangkan para siswa yang tidak menganut agama harus menghadiri kelas etika. Sebelumnya, untuk mengajarkan Islam, pengajar di Finlandia hanya berbekal panduan semacam handbook yang berlaku untuk semua kelas.
Suaad Onniselka, guru di sebuah sekolah di Vesala, daerah timur Helsinki, adalah salah satu penulis buku tersebut. "Cerita-cerita di dalamnya dibuat dengan latar Finlandia agar memiliki resonansi dengan kehidupan para siswa. Status Islam sebagai agama minoritas (di Finlandia) direfleksikan dalam cerita yang juga mengajarkan bagaimana hidup dengan orang lain meski berbeda agama dan kebiasaan," katanya.
Di satu sudut lain, di pintu masuk sebuah tempat shalat Sunni Islamic Multicultural Dakwah Center di Helsinki, pengunjung disambut sebuah tanda untuk mematikan telepon genggam dan tulisan "Tidak ada panggilan yang lebih penting dari panggilan Allah."
Mushala yang berada dalam satu bangunan dengan Islamic Center itu didirikan pada 1999 dan menjadi salah satu pusat kegiatan Islam yang populer di Helsinki. Hampir semua ruang shalat atau mushala di Finlandia 'menumpang' pada bangunan lainnya, termasuk di Helsinki, wilayah terluas di negara itu. Hanya satu bangunan yang benar-benar diperuntukkan sebagai masjid. Letaknya di wilayah bernama Järvenpää, sekitar 40 kilometer jauhnya dari Helsinki.
Bangunan kayu Masjid Järvenpää selesai pada 1940-an, termasuk sebuah menara masjid di bagian tengahnya. Hanya saja, seperti di Swiss, Muslim Järvenpää tidak diizinkan menyuarakan azan dari menara masjid. Masjid ini dibangun dan dimiliki oleh sebuah komunitas Islam Tatar yang dibentuk pada 1925, Finnish Islamic Association, yang merupakan perkumpulan tertua di Finlandia.
Situs koran berlangganan terbesar di Finlandia (Helsingin Sanomat), www.hs.fi, menjelaskan bahwa rumah-rumah shalat di Finlandia dibangun dengan mengubah bangunan bank dan bioskop. Bahkan, seperti diberitakan dalam laman media resmi Finlandia, YLE, Helsinki menghadapi persoalan ketika jumlah masjidnya tidak mencukupi kebutuhan tempat ibadah penduduk Muslim yang terus bertambah.
Finlandia, menurut pemberitaan tersebut, tidak menyangka perkembangan populasi komunitas Muslim terjadi sedemikian cepat. Hingga pemberitaan tersebut dilansir pada akhir tahun lalu, belum ada rencana dari Pemerintah Finlandia maupun komunitas Muslim untuk mendirikan bangunan masjid baru.
http://bit.ly/2VHQxhT
May 21, 2019 at 06:36PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2VHQxhT
via IFTTT
No comments:
Post a Comment