REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Keberkahan itu dirasakan pula oleh para pekerja migran Indonesia (PMI) Hong Kong yang berkumpul dan bersilaturahim dalam kegiatan iftar (berbuka puasa) yang diadakan Dompet Dhuafa Hong Kong (DDHK). Ratusan jamaah dari berbagai majelis taklim mengikuti kegiatan buka bersama tersebut.
Acara yang berlangsung pada Ahad (19/5) lalu itu digelar di ruang terbuka di Victoria Park, Causeway Bay. Namun begitu, Dai Ambassador DDHK 2019, Rendi Tanjung, mengatakan semangat berpuasa mereka tidak melemah di bawah terik matahari yang menyengat. Di Hong Kong, durasi berpuasa berlangsung selama 14 jam 35 menit dalam sehari.
Menurutnya, para pekerja migran Indonesia itu justru tampak antusias untuk ikut berbuka puasa bersama. Mereka berkumpul mulai pukul 16.00 waktu setempat. Sembari menantikan waktu berbuka pada pukul 19.00, mereka menyaksikan tausiyah yang dibawakan Ustaz Rendi. Karena itu, mereka tak hanya berbuka puasa bersama, namun juga mendapat ilmu pengetahuan dari acara tersebut.
"Semangat kebersamaan dan ikatan ukhuwah menguatkan kami semua. Senang melihat mereka yang menggunakan waktu libur untuk mengaji dan mengkaji," kata Ustaz Rendi, melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id, Selasa (21/5).
Ustaz Rendi mengatakan, para peserta Iftar itu pun tampak senang karena DDHK mampu mempersatukan mereka dalam kebersamaan untuk meningkatkan keimanan, ketakwaaan, dan ukhuwah. Di acara tersebut, para Dai Ambassador DDHK berbagi tugas. Setelah berbuka, mereka melaksanakan shalat Isya dan tarawih berjamaah yang dipimpin Ustaz Akhmad Hawasyi Syamsuddin. Shalat Isya di sana dilakukan pada 20.25 dan shalat tarawih dilakukan pada pukul 20.40.
Sementara itu, Ustazah Kuni Afifah Hasan dan Ustazah Maryanti bertugas melantunkan gema shalawat. Acara tersebut turut dihadiri Acting Konsul Jenderal Republik Indonesia di Hong Kong, Mandala S Purba
Ustaz Rendi menuturkan, Ramadhan di Hong Kong begitu semarak dan meriah lantaran BMI di sana terus berjuang dengan majelis-majelis dan Dompet Dhuafa untuk menyiarkan Islam. Sehingga, banyak Muslim Indonesia yang meluangkan dan mengisi kekosongan waktu mereka untuk belajar agama.
Biasanya, kata dia, kajian agama dilakukan setiap hari lantaran setiap majelis memiliki jamaah yang liburnya bersamaan. Namun, mayoritas jamaah libur dari pekerjaan pada Sabtu dan Ahad. Sehingga, menurutnya, jamaah yang mengikuti kajian lebih banyak di akhir pekan.
Dia menambahkan, kajian agama di Hong Kong dilakukan di taman seperti di Victoria Park, di pinggir jalan, di bawah pohon rindang, di jembatan bus, dan sebagian ada di masjid.
"Seperti saat ini saya baru selesai mengisi kajian di Masjid Tsim sha Tsui atau dikenal juga dengan Masjid Kowloon sebagai perkumpulan Muslim dari lima negara, yaitu Indonesia, Cina, Pakistan, Inggris, dan India," tambahnya. (Kiki Sakinah)
http://bit.ly/2HFICfO
May 21, 2019 at 07:57PM from Republika Online RSS Feed http://bit.ly/2HFICfO
via IFTTT
No comments:
Post a Comment