REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat dihadapkan dengan pilihan teh atau kopi, sebagian orang mungkin lebih menyukai teh dan sebagian lain lebih memilih kopi. Preferensi kesukaan akan teh dan kopi ini mungkin bukan hanya sekedar masalah selera tetapi juga berkaitan dengan faktor genetik.
Hal ini diungkapkan oleh tim peneliti dari Australia, Amerika Serikat dan Inggris dalam jurnal Scientific Reports pada 15 November. Dalam jurnal tersebut, tim peneliti mengungkapkan adanya sebuah gen yang dapat meningkatkan sensitivitas seseorang terhadap rasa pahit kafein.
Dalam penelitian ini, tim peneliti menganalsiis beragam varian DNA pada gen yang terlibat dalam mendeteksi rasa pahit dari zat kimia, kafein, kina dan propylthiouracil (PROP). Kina merupakan rasa pahit yang terdapat dalam air tonik sedangkan PROP meruapkan zat kimia sintetis yang secara alami tidak terdapat dalam makanan atau minuman.
Beberapa komponen pahit lain yang secara alami terdapat dalam kopi dan teh dapat memunculkan respon rasa yang sama seperti kino dan PROP.
Tim peneliti menganlisis DNA pada lebih dari 400 ribu partisipan di UK Biobank. Partisipan juga memberikan informasi mengenai kesehatan dan gaya hidup mereka, termasuk seberapa banyak kopi dan teh yang mereka minum setiap hari.
Tim peneliti juga memasukkan beragam varian dari gen rasa tiap partisipan untuk menciptakan sebuah skor genetik. Skor genetik ini memberi gambaran mengenai seberapa intens seseorang dapat merasakan rasa pahit. Skor genetik dari tiap partisipan ini kemudian dibandingkan dengan preferensi minuman partisipan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa para partisipan dengan skor genetik tertinggi memiliki kecenderungan 20 persen sebagai peminum kopi berat. Sebagai peminum kopi berat, mereka mengonsumsi empat cangkir kopi atau lebih dalam satu hari.
Di sisi lain, orang-orang yang lebih menyukai teh tidak begitu menyukai rasa pahit PROP dan kina yang memunculkan respon rasa yang sama seperti pahitnya kopi. Peneliti Marilyn Cornelis dari Northwestern University Feinberg School of Medicine menilai kecenderungan orang-orang untuk memilih teh bisa jadi merupakan bentuk penolakan terhadap rasa pahit kopi yang tidak mereka sukai.
"Dalam kasus ini, cukup aneh melihat bagaimana kita mencari kafein," jelas Cornelis seperti dilansir Science News.
https://ift.tt/2Dp4Vpt
November 16, 2018 at 03:20PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2Dp4Vpt
via IFTTT
No comments:
Post a Comment