REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Generasi Muslim awal telah mewarisi dua bentuk sistem pemerintahan yang berbeda dari dua kekaisaran, yaitu Bizantium dan Persia Sassania. Mereka pun harus mempertahankan dua sistem pemerintahan yang berbeda tersebut.
Dua sistem kekaisaran tersebut sangat berbeda dalam segi bahasa, kultur, sistem keuangan, dan cara pengen daliannya. Kaum Muslim mempertahankan dua sistem pemerintahan ini secara paralel selama 50 tahun.
Pada masa awal penaklukan, pemerintahan Muslim sudah mulai memperkenalkan uang koin sendiri di wilayah taklukan. Namun, koin pertama versi awal itu masih meniru koin lama Bizantium dengan sedikit modifikasi.
Baca: Mata Uang Islam Lahir di Masa Umayyah
Sampai akhirnya datang masa reformasi di bawah Khalifah Umayyah kelima, Abdul Malik Ibnu Marwan. Selama 20 tahun pemerintahannya, Khalifah Abdul Malik berhasil menyatukan semua sistem keuangan yang menggunakan koin berbahasa Arab.
Khalifah mencetak koin dinar baru yang tak hanya memuat simbol politik, tetapi juga simbol agama. Khalifah Abdul Malik menghilangkan simbol-simbol Kristen dalam koin yang digunakan sebelumnya.
Dia menggantinya dengan simbol-simbol Islam. Reformasi yang terjadi pada abad ketujuh ini tak hanya dilakukan pada mata uang emas dinar, tapi juga mata uang perak dirham dan mata uang tembaga foil.
Baca Juga: Koin dalam Peradaban Islam
Koin dinar dan dirham biasanya dicetak dengan disertai tulisan Arab yang bersifat religius, penanggalan, juga nama uang. Sedangkan, uang tembaga mempunyai lebih banyak model dan tipe.
Sementara, koin Persia Sassania mempunyai ciri khas, yakni selalu memuat gambar orang. Namun, pada masa Khalifah Abdul Malik, gambar manusia di koin-koin tersebut mulai dihindari dan di koin tersebut mulai memuat tulisan Arab yang berasal dari Alquran.
https://ift.tt/2OSK7ch
November 21, 2018 at 05:30PM from Republika Online RSS Feed https://ift.tt/2OSK7ch
via IFTTT
No comments:
Post a Comment